
BAB III - Pembagian (Penggolongan) dan Definisi
1. Pembagian (Penggolongan)
1.1
Pembagian (penggolongan) ialah sesuatu kegiatan akal budi yang tertentu. Dalam kegiatan itu
akal budi menguraikan “membagi”, “menggolongkan”, dan menyusun pengertian-pengertian
dan barang-barang tertentu. Penguraian dan penyusunan itu diadakan menurut kesamaan dan perbedaannya.
Dalam proses pemikiran dan ilmu pengetahuan, pembagian atau penggolongan sangatlah penting. Sebab, tidak mudah mengupas suatu masalah tanpa dapat menangkap bagiannya.
Pembagian/penggolongan yang baik adalah:
1. Pembagian itu harus lengkap.
Apabila kita ingin membagi-bagikan suatu hal, bagian yang diperincikan harus mencakup semua bagiannya
2. Pembagian harus sungguh-sungguh memisahkan.
Bagian yang satu tidak boleh memuat bagian yang lain. Tidak boleh terjadi tumpang tindih antara bagian yang satu dengan yang lainnya.
3. Pembagian itu harus menggunakan dasar dan prinsip yang sama.
Dalam suatu hal yang akan dibagi, tidak boleh menggunakan lebih dari satu dasar atau satu prinsip sekaligus.
4. Pembagian harus sesuai dengan tujuan yang mau dicapai.
1.2
Beberapa kesulitan yang dapat timbul dalam pembagian.
1. Kesalahan sering kali terjadi karena tidak adanya pemahaman yang tepat mengenai hubungan antara bagian-bagian dan keseluruhannya.
3. Kecenderungan berpikir jalan pintas daripada berpikir panjang.
2. Definisi
Kata Definisi berasal dari kata 'definitio' (Bahasa Latin), yang berarti 'pembatasan'.
Tugas dari definisi adalah menentukan batas suatu pengertian tertentu dengan tepat, jelas dan singkat.
2.1 Macam definisi
Definisi Nominal
Definisi ini juga disebut definisi menurut katanya. Definisi ini merupakan suatu cara untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan arti katanya. Hal itu terjadi dengan menghubungkan pengertian tertentu dengan sebuah kata.
Cara menyatakan Definisi
1. Dengan menguraikan asal-usul (etimologi) kata atau istilah yang tertentu.
2. Mencari arti yang lazim dikenakan orang banyak pada istilah tertentu.
3. Menyatakan definisi tertentu menggunakan sinonim. Menggunakan kata yang sama artinya.
Definisi Real
Definisi ini memperlihatkan hal (benda) yang dibatasinya. Hal ini terjadi dengan menyajikan unsur atau ciri yang menyusunnya. Definisi ini selalu majemuk, terdiri atas dua bagian. Bagian pertama menyatakan unsur yang menyerupakan hal (benda) yang tertentu dengan hal (benda) lainnya. Bagian kedua menyatakan unsur yang membedakannya dari sesuatu yang lain.
Definisi real dapat dibedakan menjadi:
1. Definisi hakiki (esensial)
Definisi ini sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu, pengertian yang abstrak, yang hanya mengandung unsur-unsur pokok sunguh-sungguh perlu untuk membedakannya dari golongan (species) yang lain. Definisi ini merupakan definisi yang paling penting dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Definisi ini tersusun dari jenis yang terdekat (genus proximum) - pengertian sebagian saja, dan perbedaan spesifik (differentia specifica) - pengertian yang membedakan golongan (species) dari jenis (genus) nya.
2. Definisi gambaran (lukisan)
Definisi ini menggunakan ciri-ciri khas sesuatu yang akan didefinisikan. Ciri-ciri khas adalah ciri-ciri yang tetap dan selalu ada pada benda tertentu. Definisi ini dipakai dalam ilmu alam, ilmu hayat dan ilmu kimia.
3. Definisi yang menunjukkan maksud-tujuan sesuatu.
Definisi ini umumnya dipakai untuk alat-alat teknik yang dapat mendekati definisi hakiki.
4. Definisi yang menunjukkan sebab-musabab sesuatu.
Misalnya, gerhana bulan terjadi karena bumi berada di antara bulan dan matahari.
Aturan-aturan yang perlu ditepati untuk suatu definisi.
1. Definisi harus dapat di bolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan.
2. Definisi tidak boleh negatif, kalau merumuskan sesuatu harus positif.
3. Tidak boleh berputar-putar dalam mengutarakan definisi. Apa yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi.
4. Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur, kiasan atau mendua arti.
Bab XI-Azas Pemikiran

1. Azas ini merupakan dasar yang terdalam dari setiap pemikiran dan pengetahuan.
Yang dimaksud dengan azas adalah sesuatu yang mendahului, titik pangkal dari mana sesuatu muncul dan dimengerti.
2. Azas Primer dan Azas Sekunder
2.1 Azas-azas primer
Azas ini mendahului azas yang lainnya. Azas ini juga tidak tergantung pada azas-azasn yang lain. Azas primer berlaku untuk segala sesuatu yang ada, termasuk logika.
Azas ini dibedakan menjadi:
1. Azas identitas (principium identitatis)
Azas ini merupakan dasar dari semua pikiran, Azas ini nampak dalam pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini bukan benda lainnya. Pada azas ini, segala sesuatu yang diakui tidak dapat dipungkiri lagi.
2. Azas kontradiksi (principium contradictions)
Azas ini merupakan perumusan negatif dari azas identitas.
Menaati azas identitas dengan menjauhkan diri dari kontradiksi.
3. Azas-penyisihan-kemungkinan-yang ketiga (principium tertii exclusi)
Azas ini menyatakan bahwa kemungkinan yang ketiga tidak ada.
Artinya jika ada 2 keputusan yang kontradiktoris, pastilah salah satu dari antaranya salah. Sebab keputusan yang satu merobohkan keputusan yang lainnya. Tidak mungkin keduanya sama-sama benar atau sama-sama salah.
4. Azas-alasan-yang mencukupi (principium rations sufficientis)
Azas ini menyatakan bahwa sesuatu yang ada mempunyai alasan yang cukup untuk adanya.
2.2 Azas Sekunder
Azas-azas ini merupakan pengkhususan dari azas-azas primer sebelumnya.
Azas ini dipandang dari sudut isinya dan dari sudut luasnya.
1. Dari sudut isinya terdapat:
-Azas kesesuaian (principium convenientiae)
Azas ini menayatakan bahwa ada dua hal yang sama. Salah satu dari antaranya sama dengan hal yang ketiga.
Contoh. S=M, dan M=P. Maka S=P. Dengan catatan S dan P dihubungkan oleh M.
-Azas ketidaksesuaian (principium inconvenientiae)
Azas ini menyatakan bahwa ada dua hal yang tidak sama.
2. Dari sudut luasnya terdapat:
-Azas dikatakan tentang semua
-Azas tidak dikatakan tentang manapun juga
3. Azas-azas ini tidak bisa tidak mempunyai konsekuensinya. Konsekuensinya menyentuh baik penyimpulan pada umumnya, maupun penyimpulan 'modal'.
3.1 Untuk penyimpulan pada umumnya
1. Yang sesuai dengan antecedens (dalam penyimpulan yang lurus), juga sesuai consequens (kesimpulan). Tetapi sebaliknya, tidak pasti.
2. Yang tidak sesuai dengan antecedens, juga tidak sesuai dengan consequens (kesimpulan). Sebaliknya, tidak pasti.
3.2 Untuk penyimpulan 'modal'
1. Premis yang mutlak juga menghasilkan kesimpulan yang mutlak.
2. Premis yang mustahil dapat menghasilkan kesimpulan yang benar atau salah.
3. dari 'ada'nya boleh ditarik kesimpulan tentang 'mungkin'nya, tetapi tidak boleh sebaliknya.
4. dari 'tidak-mungkin'nya boleh ditarik kesimpulan tentang 'tidak-ada'nya, tetapi tidak boleh sebaliknya.
Gabriela (705160203)
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara.
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara.